Pages

Minggu, 19 Juni 2011

Best Story Practise by BTL4



CERITA PEMBELAJARAN BERMAKNA
(Memanfaatkan BTL untuk PTK)
Eko Nur Budi – Guru SMP 2 Jekulo Kudus

Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan dan kesempatan yang sama untuk mempelajari setiap materi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa dalam berbagai pengajaran setiap mata pelajaran kadang-kadang menemui berbagai kesulitan. Di samping kesulitan itu bersumber dari dangkalnya pengetahuan dan pengalaman siswa, ketidakmenarikan guru dalam menyampaikan materi, serta kurang bervariasinya metode yang digunakan, pengelolaan termasuk setting kelas juga turut ambil bagian untuk dapat mencapai sasaran pembelajaran secara efektif.
Pengajaran dapat mencapai sasarannya secara efektif apabila banyak didukung dari beberapa hal tersebut. Oleh karena itu, dalam mengajar saya sedikit banyak selalu berusaha menerapkan pembelajaran bermakna di dalam kelas. Bermakna dari semua segi, baik meliputi metode pengajaran, pengelolaan kelas termasuk setting tempat duduk, dan persiapan penyusunan perangkat mengajar. Sebab bagaimanapun juga guru apabila tidak mempersiapkan diri dengan perangkat mengajar yang optimal tentunya tidak akan bisa memperoleh target pembelajaran yang diharapkan.
Semula, dalam praktiknya, pengajaran di SMP 2 Jekulo Kudus sebelum dikenalnya Better Teaching and Learning (BTL) atau sering dikenal dengan pembelajaran bermakna sering dijumpai, siswa dalam belajar kurang optimal. Kurang optimalnya beberapa siswa dalam belajar terlihat bahwa siswa tidak menyadari pentingnya tugas-tugas yang diberikan guru kepadanya. Dengan adanya pemanfaatan papan pajang di dalam kelas siswa sudah mulai tertantang untuk menghasilkan karya/tugas-tugas yang diberikan oleh guru secara optimal. Jadi, pengerjaannya tidak asal-asalan. Tentu saja hal tersebut menyebabkan adanya persaingan sehat diantara para siswa dalam menghasilkan karya siswa yang baik. Saya sangat merasakan perubahan itu, dan lagi setiap guru yang mengajarkan pun juga mempunyai dokumen hasil karya siswa, yang nantinya dapat digunakan dalam bentuk penilaian portofolio.
Menghadapi kenyataan seperti tersebut di atas, saya mencoba mengambil manfaat dari pembelajaran bermakna demi pengembangan kompetensi saya selaku guru Bahasa Indonesia, yaitu dengan mencoba mengangkat model pembelajaran seperti itu sebagai bahan penulisan penelitian tindakan kelas (PTK). Karena model pembelajaran bermakna ada kemiripan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), saya mengangkat judul PTK yang terkait dengan metode kontekstual. Salah satu upaya yang saya pandang akan banyak memiliki manfaat yaitu dengan menerapkan kegiatan pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa serta menunjukkan atau menganalisis kelemahan-kelemahan pengajaran yang saya  terapkan itu. Tahapan ”TANDUR” juga saya gunakan dalam pembelajaran bermakna yang saya terapkan di kelas. ”Tandur” merupakan kegiatan pembelajaran dalam Quantum Teaching yang mengharuskan guru melakukan bersama-sama siswa tahapan berikut. Tumbuhkan motivasi siswa ke materi pelajaran;  Alami  sendiri hal-hal yang dipelajari;  Namailah penemuan-penemuan siswa; Demonstrasikan apa yang ditemukan oleh siswa;  Ulangi semua yang telah dilakukan; Rayakan penemuan siswa tersebut. Dalam konteks pengajaran guru juga dapat mencitakan suasana belajar siswa yang dinamis jika guru menciptakan situasi dari dunia siswa ke dunia kita (bukan sebaliknya), sesuaikan dengan karakteristik belajar siswa. Sebab gaya belajar siswa ternyata mempunya beberapa karaktersitik, yaitu ada yang mementingkan aspek penglihatan/pandangan (visual), ada yang mementingkan aspek pendengaran (auditorial), dan ada yang mementingkan aspek gerak (kinestetik, misalnya tarian, film/tayangan, drama dan sebagainya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar